Jumat, 29 September 2017

Infinity dream

Infinity Dream



Salam hangat untuk hari ini yang membuatku mengingat semua itu lagi. Aku seringkali mengingat masa lalu setelah berjalan keluar dari rumah dan melihat embun pagi yang menetes dari daun itu. tak salah bukan? hanya saja aku berjalan sambil merenungi apa yang mengantarkanku menuju kampus yang tercinta ini. Jujur saja aku sedikit gugup karena hari ini adalah hari pertama masuk kuliah, ditambah aku sulit ketika harus bersosialisasi

Tuk.. tuk.. tuk
Sekelompok mahasiswa berebut kursi di kelas itu. Aku hanya memandangi mereka dengan tersenyum, mungkin saja mereka masih terbawa suasana SMA. Sampai di depan pintu, langkahku mengarah di satu kursi pojok sebelah kiri disamping perempuan yang sedang berbincang dengan temannya lalu aku duduk di sana sambil menunggu dosen yang akan masuk ke kelas. Aku mengamati sekitar, dan sedikit berbincang pada kedua perempuan itu.
"Hai, kau masih ingat aku? saat kaderisasi aku pernah makan bersama denganmu" tanyaku
mereka hanya menjawab "tidak, aku lupa" lalu mereka sibuk bercanda gurau lagi.

Akupun terdiam melihat mereka yang sudah berkelompok-kelompok. Diam dan terdiam yang hanya bisa aku nikmati.
"Hey,..." terdengar seorang laki-laki memanggilku
"Kenapa diam saja?" tanyanya
"tidak, aku baik-baik saja, hanya saja aku ingin sendiri" jawabku

Selesai kuliah, aku kembali ke rumah tanpa ikut kegiatan apapun di kuliah. 
"aku benci sosialisasi". pikirku

Berhari-hari di kampus tak memberiku perubahan apapun. sampai aku bertemu satu perempuan yang ternyata aku mengenalnya dari jejaring sosial, aku langsung menyapanya dan kami menjadi akrab. Sayangnya kami ini berbeda jurusan. Aku di Fisika, dan dia di Biologi. Meskipun begitu, kami menjadi sangat akrab.
Dia seringkali mengomentari cara berpenampilanku.
"Kamu ini, setidaknya kamu pake makeup sedikit, dan kamu kurang cocok berpakaian seperti itu. Coba ini saja, dan kau harus memakainya besok ke kampus" pintanya

Keesokkan harinya, aku terlambat ke kampus dan untung saja belum ada dosen yang masuk. Aku duduk di tangga samping kelas sambil terengah-engah. Baru tersadar ada seorang laki-laki berbaju dongker duduk di sampingku. Dia laki-laki yang sama yang menegurku saat itu. Kali ini berbeda, dia hanya diam menatapku lalu pergi.
"Ya ampun, dia membuatku kaget saja. Kenapa dia diam saja, apa dia merasa aku aneh berpakaian seperti ini?" gumamku
Semenjak itu aku kembali pada cara berpakaianku di awal, ku pikir itu lebih membuatku nyaman meskipun menurut yang lain aku lebih terlihat manis saat mengenakan pakaian pilihan Nissa.
Tiap harinya, laki-laki itu selalu menegurku ketika aku sendiri. Ketika ada acara musik di kampus, saat itu aku sedang melamun, tiba-tiba ada yang memegang pundakku berkata sepertinya biasanya.
Ya, dia lagi, aku mulai geram saat itu, aku pikir dia mengganggu saja, bagi orang sepertiku, diam dan menikmati waktu sendirian itu lebih terasa damai seperti di surga.

Setelah itu, aku selalu pergi jika ada Rafa, bahkan jika aku mendengar suaranya saja aku langsung berlari dan bersembunyi di balik pohon belakang kampus. Tapi tidak dengan Rafa, dia selalu aktif mengikuti organisasi, pandai bernyanyi dan satu lagi dia pandai memainkan biola.

Suatu hari di akhir semester, pendaftaran asisten laboratorium dibuka. Aku ragu akan mendaftar atau tidak, Nissa selalu menyemangatiku dan menyuruhku untuk mendaftar.
"Baiklah, aku akan coba" setelah itu aku menunggu tesnya dan ternyata "Yippiee, AKU LULUS"

Aku menyadari bahwa akhir-akhir ini Rafa tidak cerewet bertanya ini itu terhadapku. Hingga aku curiga kenapa dengan Rafa, apa karena ketika dia didekatku secara misterius aku selalu pergi menghindarinya.

Entah ini hukum alam atau buka, kini aku yang mengikutinya, mengawasinya. Bahkan kini aku tau, dia adalah seorang yang multitalent. Dia mungkin lemah di Fisika. Tapi aku penasaran mengapa dia memilih jurusan itu.

Suatu Pagi di hari libur, aku tak sengaja bertemu dengannya dan mengikutinya hingga tiba di sebuah ruangan yang megah dengan segala peralatan musik yang megah. Dia memimpin sebuah grup dan melantunkan sebuah simfoninya. Terlihat kesedihan di matanya.

Suatu hari di Laboratorium, aku sedang mendampingi mahasiswa angkatan baru saat bereksperimen mengenai resonansi. Mengingat bunyi, aku jadi teringat dengan Rafa. Simfoninya selalu terngiang di fikiranku. Setiap harinya aku hafal mimiknya ketika dia sedih, senang, senyuman palsunya aku bisa membedakannya. Hingga baru kusadari, ternyata aku jatuh cinta padanya


Engkau dan simfonimu yang merasuk
Semua perasaanmu sampai padaku
Cintamu, perasaanmu seperti gelombang
Gelombang itu memerlukan medium
Apa kau tau apa mediumnya?
Melalui sehalus udara, 
Mata, telinga dan akhirnya bermuara di hatiku
Gemanya kini bersarang di otakku
Aku ingin membebaskannya melalui celah itu
Tapi tak bisa
Aku terbelenggu

Eksperimen pun selesai, Nissa membangunkan lamunanku dengan sapaannya di balik pintu
"Psssst, Hey Faza! Ayo cepat keluar, ada yang ingin aku ceritakan padamu"
Aku langsung mengambil tas dalam loker dan buru-buru keluar menghampiri Nissa.
"Iya, Ada apa sa?" tanyaku
Nissa menarikku dan berlari menuju taman belakang kampus
"Kau liat perempuanitu?" sambil menunjuk ke arahnya
"Iya, memangnya kenapa?" tanyaku
"Aku mengidolakan dia dan kakaknya, perempuan itu sangat baik kepadaku saat di kelas, namanya Rene. Dia jago nyanyi lho dan kakaknya kuliah disini juga. Aku pernah bertemu dengan kakaknya di perpustakaan, orangnya tertutup banget dan so cool, sssttt jangan bilang ya kalau aku menyukai kakaknya, aku akan coba dekati kakaknya haha" jawab Nissa
"ya Ampun Nis, kenal juga kaga, dan aku mau bilang ke siapa coba, kan temanku satu-satunya cuma kamu Nis :((" Sanggahku
"Mengerikan ah kamu ni Fa, sedih banget cuma aku, mangkanya gaul! ya aku hawatir saja barangkali kamu mau pasang pengumuman di mading :D" Nissa menyeringai dan aku nepuk jidat

Keesokkan paginya, seperti biasa ku berjalan menuju taman dekat jalan arah kampus kebetulan hari ini adalah weekend, kemudian dari jauh aku melihat Rafa dengan seorang perempuan tinggi berkacamata
"sepertinya aku mengenal perempuan itu, tapi siapa?" gumamku.
setelah merenung, baru ku sadari bahwa dia adalah Rene, teman Nissa yang diceritakan kemarin, lalu aku bertanya-tanya apa sebenarnya hubungan antara Rafa dan Rene.
"Aissh, kenapa aku memikirkannya, apa urusannya denganku. Terserah jika Rafa ingin dekat dengan siapapun, memangnya aku siapa!"pikirku
tapi semakin lama, aku semakin penasaran, sambil ku membaca buku sesekali ku menatap ke arah mereka yang duduk di kursi Taman dan mereka sedang berbincang tentang musik. Aku berpikir bahwa hubungan mereka tidak seperti teman biasa. Saat hampir Dzuhur akupun pulang dan rasanya aku ingin menceritakan semuanya pada Nissa tentang kesedihan yang aku rasakan tapi aku juga ingin merahasiakannya.
"Oh Allah, apa yang harus kulakukan :("

Keesokkan harinya, Nissa mulai melancarkan aksi pada kakaknya Rene yang kebetulan lewat di depan kami, atau sebenarnya hanya di betul-betulkan :D. Aku tertawa melihat kekonyolan Nissa, dan menebak reaksi dari kakak Rene seperti apa. Berasa menjurus ke Hukum III Newton. Respons Kakak Rene datar-datar saja dan selalu dingin seperti biasanya.
"Kok dia begitu si Za, ih datar banget lah mukanya kaya kamu ya dasar :(" Keluhan Nissa.

Jarum jam telah tertunjuk pada angka 5, ku pergi menuju toilet kampus untuk memperbaiki jilbabku sekaliancuci muka melepas segala penat dan kantukku.
Sreeeekk, kulangkahkan kaki keluar dari Toilet dan dari dari balik pintu ada seorang wanita yang mengantarkan surat kecil berwarna merah muda padaku. Dengan anggunnya, ia berjalan ke arahku dan mengatakan "ini untukmu, dari seseorang" Lalu dia bergegas pergi
"Hey, tunggu... ini dari siapa?? tanyaku
Kampus mulai sepi, ku langkahkan kaki kecilku menuju pulang dengan segala kepenatan. Sampai di Rumah aku langsung membuka surat merah muda itu.

"Hai, salam kenal juga. Kalian teman Rene bukan? Maafkan aku yang terlalu dingin pada kalian berdua. Setelah kamu menerima surat ini, aku ingin kita bertiga bisa berteman dan lebih akrab. Bolehkah? Seandainya boleh, aku ingin mengajak kalian ke tempat yang sangat hebat, kalian pasti menyukainya. Aku harap kalian bisa datang bersamaku besok. Aku akan menunggu kalian di taman belakang kampus. dan kalian bisa menghubungiku lewat nomor ini 08*********. Terimakasih"
Salam kenal...
Furqan

Aku langsung bangun dari kasurku yang memiliki gravitasi terkuat :D, kemudian berlari menuju kostan Nissa yang tak jauh dari rumahku. Ku berjalan masuk gang dan berakhir didepan kamarnya dan mengetuk pintu kamar kost Nissa.
"Assalamualaikum, Nissa. Ini Faza"
"Wa'alaikumussalam, masuk saja Fa, ngga dikunci. Sebentar aku lagi mandi" Suara Nissa terdengar dari kejauhan
"Oke, aku mau masuk. Boleh ngintip ngga? hahaha" tanyaku
"Gelo manehmah za, diem-diem eh taunya gelo coba aja yang lain tau kelakuan aslimu" jawab Nissa dari kamar mandi
"Hush... engga lah ngaco ih. Aku anak yang baik-baik dan Sholehah haha" sanggahku
"Haha, Aminkan saja..iya deh percaya" jawab Nissa sambil membuka pintu, keluar dari kamar mandi
"Ada yang ingin kubicarakan sa"
"Ada apa? bicara ya tinggal bicara, kaku banget sih lu. tampangnya jangan datar banget napa" jawab Nissa
"Eyyy, kenapa ngga ada hubungannya dengan ekspresi aku, sudahlah jangan dibahas soal ekspresiku, udah dari lahir ini sih :(. Nih baca" sambil ku menyerahkan secarik kertas surat kecil merah muda yang kudapati kemarin
"Hah, kenapa kak Furqan kasih surat ini ke kamu, kenapa bukan ke aku aja padahal aku kan lebih cantik dari kamu huhuhu :(" Keluh Nissa setelah membaca surat
"Haduuuhh mulai lebaynya, ya kan yang penting itu untuk kamu juga. Jadi? Mau datang?" tanyaku
"Pastinya lah!" Nissa bersemangat
"Tapi kayanya aku ngga bisa ikut bareng kamu, maaf ya, besok aku ada Telescope event, mau ada kajian teropong matahari. kamu ngga keberatan kalau aku ngga ikut?"
"Ya engga lah, ini kan kesempatan aku lebih akrab sama kak Furqan, kamu jangan mengganggu okey" Nissa jawab sambil tertawa
"Hmm... sudah kuduga berakhir seperti ini qwertyuiopasdfghjkl2124@#$@#@#" pikirku sambil mengerutkan dahi :D
"ya sudah itu saja, aku mau pulang dulu ini sudah malam, Assalamualaikum" aku pamit
"Wa'alaikumussalam. Yeaayyy, mimpiku akan terjadi. besok ketemu kak Furqan, taktuktaktuktaktuk dududuu lalallalala. Makasih Faza" Nissa loncat-loncat di kasur begitu senangnya

Keesokkan harinya, di hari libur, Nissa langsung menghubungi kak Furqan. Kak Furqan pun menjawab bahwa Nissa harus menemuinya pada pukul 13.00 di taman  belakang kampus. Waktu sudah tiba, Aku bersiap menuju lantai 5 kampus untuk meneropong matahari. Sesekali aku melihat taman belakang kampus dan akupun tertawa melihat kelakuan Nissa.
Nissa dan kak Furqan pun selesai berbincang dan Kak Furqan pergi bersama Nissa dan didampingi seorang perempuan yang mengantar surat kemarin. Perempuan itu nampak tidak seumuran dengan kami, tapi terlihat lebih tua sekitar 2 tahun lebih tua dari kami. Nissa bilang, perempuan itu adalah sepupu kak Furqan. Nissa dan Kak Furqan pergi ke suatu tempat dan akupun tidak tau lagi mereka akan kemana. 

jarum jam telah menunjuk ke 180 derajat yaitu pukul 18.00. Aku berjalan menuju pulang karena badanku sudah letih dan tak bisa melanjutkan neropong lagi. sesampainya di rumah aku langsung sholat magrib dan berencana untuk tidur lebih awal setelah Isya. tetapi aku mencemaskan Nissa yang tak kunjung memberi kabar. Aku ingin ke kosannya tetapi badanku sungguh tak kuat lagi terutama betisku. Aku langsung menelponnya. Tutt.. tuuut Handphonenya aktif tapi tak kunjung diangkat. Tak terasa kekhawatiranku membuat rencanaku tidur lebih awal gagal.

Tengah malam, mataku terus terjaga. Sesekali ku melongok langit melalui jendela, terlihat purnama pada lembaran langit yang sunyi, hanya ada beberapa bintang yang tertangkap oleh mataku. Entah mengapa malam ini ialah malam kesepianku. Aku ingin melanjutkan meneropong tadi tetapi badanku menolak untuk itu. Meneropong adalah salah satu hobiku selain itu mimpiku ialah menjadi seseorang yang berkontribusi menyingkap tabir rahasia langit, aku sangat ingin pergi ke Observatorium Mauna Kea di Hawai bersama seseorang yang selalu mendampingiku kelak. Mimpiku akan terus berjalan kontinu bahkan jika satu demi satu terwujud, aku menyebutnya sebagai infinity dream, untuk hari ini dan hari kemarin ialah bagian dari mimpiku yang mungkin baru ku sadari pernah terucap di masa lalu. Bagiku mimpi akan bisa terwujud jika diperjuangkan dalam kehidupan nyata bukan sekedar bermimpi dalam mimpi.  Lagu sendu terus ku dengarkan dan mengantarku terlelap.

Twitt.. twittt.. twiittt.. (Alarm berbunyi)
Aku langsung bangkit dari tempat tidurku dan bersiap-siap pergi ke kampus, saat kulangkahkan kaki di sepanjang jalan, aku teringat kembali pada Nissa, aku langsung pergi menuju kostannya. Sampai di depan pintu kamar, ku mengetuk pintunya kemudian ada suara langkah kaki menuju ke arahku, wanita berumur sekitar 45 tahun. Beliau adalah ibu kost Nissa dan menjelaskan bahwa Nissa sudah berangkat dari pagi buta. Akhirnya aku bisa bernafas dengan lega mendengar kabar sahabat terkonyolku itu masih seperti biasa. Tanpa sadar aku melihat kearah jam yang sudah menunjuk ke angka 7am. Aku baru sadar ada kuliah pagi, akupun berlari dengan sekuat tenaga dan sampai di depan pintu kelas. Aku segera mengetuk pintu dan berhati-hati masuk, tiba-tiba dosenku melihat ke arahku dengan wajah cemberutnya berkata bahwa aku tidak diizinkan mengikuti kuliah pagi ini, tatapan seramnya diikuti oleh tatapan dari seluruh teman-teman kelas, serasa aku Miss world karena seluruh mata tertuju padaku :D. Yaa mau bagaimana lagi, memang aku yang jelas-jelas salah sih.
Dengan berat hati, aku meninggalkan kelas, dan aku berencana untuk ke perpustakaan membaca mata kuliah tadi yang ketinggalan. Ku berjalan di sepanjang jalan kenangan eh maksudnya lorong jalan, kemudian aku bertemu Nissa, aku menyapanya, tapi dia tak menjawab, sampai beberapa kali aku menyapanya tapi tak kunjung di balas. Aku berpikir sepertinya Nissa marah karena tidak aku temani kemarin. Tapi matanya tak seperti biasanya. Sekarang matanya seperti aku yang sayu dari lahir. Aku mencoba mendekatinya tapi dia diam saja bahkan menolak pundaknya dipegang olehku.

“Apa yang terjadi padamu Nis?” tanyaku
“Diam kamu, aku tidak ingin berteman denganmu. Jangan pernah kamu ganggu aku dengan kak Furqan. Kamu tak pantas buatnya, kamu itu seperti kotoran yang tak suci” Jawabnya
Lalu Nissa berlari keluar dan masuk lift
“Ada apa? Apa yang dilakukan kak Furqan pada Nissa? Kenapa dia berbicara padaku seperti itu” tanyaku dalam hati 
“Aku harus menyelidiki secepatnya”gumamku.
Selama berhari-hari Nissa diam terhadapku dan terlihat layu, hubungannya dengan Kak Furqan semakin dekat tapi aku heran kenapa Nissa yang sekarang seperti bukan Nissa yang kukenal, sudah banyak yang aku coba lakukan. Aku sudah mencoba berbicara pada Nissa, banyak perubahan pada dirinya. Nissa menjadi lebih tertutup dengan orang lain, seperti tujuannya kini ialah hanya Kak Furqan. Hingga aku sudah tak tahan lagi, aku berpikir aku harus menemui Rafa dan meminta bantuan padanya karena hanya Rafa yang bisa menjadi jembatan penghubung, Rafa adalah satu-satunya orang yang sedang dekat dengan adik kak Furqan, Rene.
Pukul 08.00 tapi dosen tak kunjung datang. Ini kesempatanku untuk berbicara pada Rafa, tapi dia sedang bermain gitar dan berkumpul dengan teman-temannya.
“Apa yang harus kulakukan? Aku tak begitu berani untuk mengganggunya” tanyaku dalam hati. Aku terus menunggunya sampai akhirnya satu per satu temannya mulai keluar. Ini kesempatanku, akupun langsung menghampiri Rafa.
“Hai Fa, aku ingin mengatakan sesuatu”
“iya, ada apa za? Tumben” jawabnya
“ini soal temanku, Nissa. Jurusan biologi. Apa kau kenal Rene? Mmm sebenarnya aku pernah melihatmu sedang bersama Rene” tanyaku
“iya kenal, dia teman saya” jawabnya
Aku menceritakan semuanya pada Rafa. Rafa pun kaget mendengarnya dan akhirnya  mau membantuku untuk memperoleh informasi dari Rene. Aku tak tahu lagi kenapa, aku selalu nyaman di dekatnya. Rafa adalah sosok yang berkepribadian bertolak belakang denganku, tapi dia selalu membuatku ingin mengikuti jejaknya. Mengingat hubungannya dengan Rene, aku tahu diri bahwa aku tidak bisa memilikinya. Meskipun dia hanya bilang teman tapi tidak dengan yang aku rasakan. Aku akan coba mengikhlaskannya.
Rafa mencoba membantuku, ia terus mendekati Rene dan banyak bertanya soal keluarganya. Karena Rene sudah menganggap Rafa sebagai sosok yang sangat mengerti dirinya, akhirnya ia mengatakan sesuatu tentang Furqan. "Kak Furqan dulunya sangat pendiam, namun beberapa tahun lalu, ia diajak masuk organisasi agama yang sama sekali tak dikenalnya sebelumnya. Orang tua kami bercerai 5 tahun yang lalu, mungkin hal ini yang membuatnya frustasi bahkan menerima sebagai anggota organisasi itu. Aku sudah memperingatkannya, namun dia tak peduli nasehatku, papa dan mama juga tak peduli dengan apa yang dilakukan anaknya. Kak Furqan mulai melakukan tindakan yang aneh-aneh, ia berhenti kuliah. Kak Furqan juga memilih kerja, itu tak masalah buatku, namun ia selalu tidak puas dengan pekerjaannya, semuanya, sehingga ia memilih keluar masuk dari pekerjaannya dengan tanpa henti. Ia menjadi orang yang tak pernah bersyukur atas pekerjaan yang ia dapat selalu menyesali masa lalu  karena telah meninggalkan tempat belajarnya, Kak Furqan pernah marah-marah tanpa alasan yang jelas kepada siapapun di sekitarnya. Akhirnya, Kak Furqan pernah diberi pengobatan, ke psikiater dan kini ia telah pulih, ia sudah mengingat semua tentang kami dan ia melanjutkat kuliahnya" Kata Rene. Rene pun berterima kasih karena Rafa sudah banyak mendengar curhatnya dan memberi solusi. Rene juga menjadi tertarik pada Rafa.
Rafa menceritakan itu semua padaku, namun ini menjadi semakin rumit karena menurut Rene, Furqan telah sembuh. Keadaan Nissa menjadi kian buruk, Nissa semakin membenciku dan ia jarang pulang ke kosannya, bahkan ia pernah menyakiti dirinya sendiri dengan menenggelamkan diri di danau, untung saja langsung diketahui oleh warga sekitar. Menurutku, ini semua jelas karena Kak Furqan. Aku mencari jalan keluar dengan Rafa. Aku benar-benar tidak ingin kehilangan sahabatku satu-satunya, bahkan membayangkannya saja aku tak kuasa, padahal mimpi kami baru saja dimulai.




to be continue

Cerita ini hanya fiktif belaka, mohon maaf jika ada kesalahan